Sejarah Panjang Cemilan Popcorn
Dari catatan sejarah terkuaklah perjalanan lawas popcorn. Hernando Cortes (1485-1547), pemimpin ekspedisi kerajaan Spanyol yang menghancurkan suku Aztec dan menguasai Meksiko pada abad 16, menulis dalam buku diary-nya bahwapopcorn adalah makanan penting bagi suku Aztec.
Mereka bahkan menggunakan popcorn untuk dekorasi ritual upacara, sebagai kalung, dan hiasan pada patung dewa suku Aztec. Sebagai bagian dari ritual upacara, popcorn yang berwujud seperti bunga putih disebut suku Aztec sebagai persembahan untuk dewa air.
“Sejumlah perempuan muda menari, sebuah tarian popcorn. Popcorn yang dirangkai jadi semacam kalung atau karangan bunga itu ditaruh di atas kepala kepala para perempuan itu,” tulis Bernardino de SahagĂșn, seorang misionaris yang ikut dalam ekspedisi tersebut.
Tak hanya di daerah itu saja, beberapa ahli arkeologi mengemukakan bahwapopcorn juga sempat berkembang di Asia, terutama di daerah Cina, Sumatera, dan India. Kondisi ini malah terjadi jauh sebelum Columbus mengunjungi Amerika.
POP-POP CRETORS
Namun, cemilan gurih ini baru dikenal oleh masyarakat umum pada tahun 1840. Sewaktu itu popcorn mulai dijual di acara pameran dan karnival-karnival. Popcorn pun jadi semakin populer ketika mesin pembuatnya yang lebih efisien dibikin pertama kali pada tahun 1885 oleh Charles Cretors, yang pada saat itu tinggal di Illionis.
Mesin Popcorn Cretors semakin tenar dari tahun ke tahun, dan dipajang di depan toko-toko untuk menarik perhatian masyarakat dengan suara “pop-pop”-nya yang khas itu. Perusahaan Cretors pun masih beroperasi sampai sekarang, di mana mesinnya itu telah dipakai oleh banyak bioskop di dunia, tak terkecuali di Indonesia. Wilayah Illionis sendiri telah mematenkan popcorn sebagai ikon cemilan resmi mereka.
Popcorn mulai jadi sangat populer di Amerika Serikat pada saat Perang Dunia II dan kekacauan ekonomi dunia (Great Depression) berlangsung. Saat itu, nyaris seluruh produksi gula telah digunakan oleh tentara Amerika. Alhasil, popcornmenjadi satu-satunya cemilan yang dapat dibeli oleh seluruh masyarakat dari berbagai lapisan.
Penjualannya jadi meningkat sampai tiga kali lipat, terlebih sejak mulai diperkenalkan oleh bioskop-bioskop pada saat itu untuk menggantikan permen dan bentuk manisan lainnya.
Pihak bioskop saat itu juga menurunkan harga tiket, sehingga menjadikan film sebagai hiburan utama masyarakat, baik dari kelas bawah sampai ke atas. Lalu untuk mencegah penurunan profit, pemilik bioskop mengakalinya dengan menjualpopcorn di dalam bioskop dan menggunakan mesin popcorn Cretors yang telah disempurnakan oleh seorang investor, Charles Manley.
UNTUNGKAN BIOSKOP & STUDIO FILM
Tidak disangka, penjualan popcorn ini justru berdampak sangat besar pada profit yang diperoleh pemilik bioskop. Soalnya, keuntungan dari penjualan popcorn itu 100% diambil mereka. Tidak seperti penjualan tiket, di mana bioskop harus berbagi juga dengan studio film.
Berkat kepopuleran film di masyarakat, Hollywood jelas ikut terkena dampaknya. Mereka mengalami masa keemasan (disebut juga sebagai Hollywood Golden Age), karena film-film mereka sangat laris di bioskop. Jumlah film yang diproduksi pun meningkat pesat dari tahun ke tahun. Bahkan, beberapa di antaranya telah menjadi legenda.
Sebut saja The Wizard of Oz (1939), Gone with the Wind(1939), Citizen Kane (1941), Casablanca (1942), dan lain sebagainya.
Lucunya, sebelum Perang Dunia II dan kekacauan ekonomi terjadi, atau ketika era film bisu masih berjaya, pihak bioskop sangat membenci popcorn. Saat itu, mereka menganggap popcorn mengotori interior bioskop dan mengganggu penonton lain, karena bunyi “kriuk-kriuk” yang dihasilkannnya. Padahal, masyarakat sangat menyukai cemilan tersebut.
Sampai-sampai banyak bioskop pada saat itu juga melarang para penonton untuk membawa masuk popcorn yang telah mereka beli dari luar.
Barulah setelah Perang Dunia II berakhir dan ketika segala bentuk manisan mulai kembali masuk bioskop, penjualan popcorn justru masih bertahan kuat.
Penyebabnya, para penonton sudah terbiasa melahap popcorn ketika menyaksikan film di bioskop. Memakan popcorn jadi semacam ritual yang kemudian diterapkan pula oleh bioskop di negara lain, tentu selain juga didorong oleh motif untuk meningkatkan pemasukan.