Sejarah Terciptanya Sepatu Kanvas
Sepatu kanvas itu sendiri sebenarnya lahir pada tahun 1917 pada waktu Perang Dunia I. Karena perang, untuk membuat riding-boots (yang seharusnya terbuat dari kulit), pelana, seragam, dan sebagainya, hanya tersedia kanvas dan karet yang harganya lebih murah. Si penemu sepatu kanvas yang asli mencoba berbagai metode yang rumit dan membingungkan untuk membuat ikatan yang sempurna antara kanvas dan karet. Namun sayangnya dia tidak berhasil bagaimana cara untuk mengikatkan antara kanvas dan karet tersebut. Dia pun sangat kecewa dan melemparkan kanvas dan karet ke dalam kompor. Ternyata, karet tervulkanisir (mencair) dalam kompor dan saling berikatan sempurna dengan kanvas.
Sepatu kanvas pertama di dunia bernama Converse All Star. Sepatu ini kuat dan tahan lama, bahkan dicuci di dalam mesin cuci pun tidak apa-apa. Pada abad ke-20, tahun 60-an, bagi anak muda pada jaman itu, sepatu kanvas yang murah dan jins menjadi simbol treason dan hippie spirit. The Beatles pada film "Yellow Submarine" menjadi inspirasi bagi para desainer untuk membuat grafiti di sepatu kanvas.
Tahun 70-an, 80-an, hingga era pemulihan ekonomi setelah Perang Dunia II, semua jenis kegiatan olahraga mulai berkembang. Karenanya, mulailah bermunculan berbagai macam merek olahraga (yang tentunya memproduksi sepatu kanvas), seperti PONY, VANS, dll. Dan di awal abad ke-21, merk-merk ini terus memuncak. Mereka mempunyai ide-ide yang bisa untuk menambah cita rasa fashion juga memuaskan selera konsumennya. Salah satu caranya yaitu dengan membuat "sepatu kanvas" dari bahan bukan kanvas, seperti horse hair, kulit, suede, denim, dan corduroy.
Seiring dengan berkembangnya jaman, sepatu kanvas kemudian dimodifikasi menjadi painted canvas shoes (sepatu kanvas lukis). Yang menarik, tren sepatu lukis kanvas ternyata sudah ada sejak tahun 1990-an, di negeri ‘Paman Sam’. Di Amerika Serikat, tepatnya di kota New York sepatu kanvas akrab dikenal dengan nama sneakers. Sneakers sendiri sudah dimodifikasi berawal dari street art, seni yang dekat dengan keseharian kita atau seni jalanan. Yang mempopulerkan sepatu kanvas lukis ini adalah para penari breakdance yang memakai sport shoes yang digambar oleh mereka sendiri. Kemudian customing shoes menjadi semakin populer.
Sampai-sampai sepatu tidak hanya digambar, namun bentuknya dimodifikasi ada yang disablon bahkan dibordir. Sejumlah seniman sneaker seperti Arks dan Tutu menjadi orang-orang yang kerap mempopulerkan sepatu ini. Arks dan Tutu bergabung dalam ‘Sneakers Whothinkfamous’. Tutu dan Arks memilih sepatu untuk dilukis (canvas shoes paint).
Di negara Asia, tren paint shoes ini berawal di Singapura. Adalah Chee desainer (shoe fetish) yang juga bekerja sebagai akuntan yang mengawali tren sepatu lukis kanvas ini. Chee membuat shoes karya-karyanya ini dalam jumlah yang terbatas alias dibuat hanya satu buah tiap pasangnya. Jadi, tak akan ada kejadian red carpet fiasco, dimana tetangga sebelah juga pakai sepatu yang sama. Chee memberi nama hasil karyanya dengan nama ‘Minou’ yang artinya kucing. Minou menjadi terkenal di Singapura tahun 2005-an.
Di Indonesia sendiri tren sneaker dimotori oleh kota Bandung sekitar awal tahun 2000. Bandung yang terkenal dengan kota fashionnya Indonesia menjadikan para remaja mengkiblatkan fashion mereka pada kota yang berjulukan Paris Van Java ini. Terlebih lagi dengan hadirnya sepatu kanvas yang dihiasi dengan lukisan berwarna-warni.